MAKALAH
PENDIDIKAN
PANCASILA dan KEWARGANEGARAAN
KONSEP DASAR BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
KONSEP DASAR BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
DOSEN
: Drs. Nana Suryapermana, M.Pd.
DI
SUSUN OLEH :
- ISKHAQUL HUDA (122111517)
- NIA IMANIAR RAHMAH (122111515)
- ARIF HADI SUBARJA (122111535)
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM / SEMESTER I
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
IAIN
“SULTAN MAULANA HASANUDDIN”
SERANG
- BANTEN
2012
KATA
PENGANTAR
Puji
dan Syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya yang begitu besar, sehingga kami dapat menyelesaikan “makalah”
Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan” yang berjudul “Konsep Dasar Belajar
dan Pembelajaran“ ini dapat diselesaikan tepat pada waktu yang telah
ditentukan.
Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada Junjungan kita Rasulullah SAW yang mana telah membawa kita semua dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang benderang seperti saat ini.
Kami mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kepada para pembaca kami mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan makalah yang kami buat selanjutnya.Semoga makalah ini benar-benar bermanfaat bagi para pembaca dan khususnya kami.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua yang membacanya dan dapat sedikit mewujudkan pengetahuan didalam lembaran ini
Serang, 29 Oktober 2012
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
................................................................................................
i
DAFTAR ISI .............................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
........................................................................................
1
B. RUMUSAN MASALAH
..................................................................................
1
C. TUJUAN ........................................................................................................... 1
C. TUJUAN ........................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR BELAJAR
...........................................................................
2
B. KONSEP PEMBELAJARAN
...........................................................................
3
- Konsep Belajar ................................................................................................ 3
- Konsep Mengajar ............................................................................................. 4
- Prinsip Mengajar .............................................................................................. 5
- Syarat Mengajar Efektif .................................................................................... 6
- Proses Belajar Mengajar .................................................................................. 6
- Peran Guru ...................................................................................................... 7
- Proses Belajar Mengajar Sebagai Proses Komunikasi ....................................... 8
BAB III PENUTUP
- Kesimpulan ....................................................................................................... 11
- Daftar Pustaka .................................................................................................. 12
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada hakikatnya kegiatan belajar mengajar
adalah suatu proses komunikasi. Proses komunikasi harus diciptakan atau
diwujudkan melalui kegiatan penyampaian dan tukar menukar pesan atau informasi
antara pendidik dengan peserta didik. Satu kesatuan dari proses komunikasi
belajar mengajar yang bertumpu pada tujuan pendidikan di sekolah adalah media
pembelajaran. Peranan media pembelajaran pun menjadi penting karena memiliki
nilai praktis dan fungsi yang besar dalam pelaksanaan pembelajaran.
Proses pembelajaran merupakan tahapan-tahapan yang dilalui dalam mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik seseorang, dalam hal ini adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa atau peserta didik. Salah satu peran yang dimiliki oleh seorang guru untuk melalui tahap-tahap ini adalah sebagai fasilitator. Untuk menjadi fasilitator yang baik guru harus berupaya dengan optimal mempersiapkan rancangan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak didik, demi mencapai tujuan pembelajaran.
Maka dari itu dalam makalah
ini, akan di bahas tentang pengertian, klasifikasi dan kriteria pemilihan media
pembelajaran yang bertujuan memberikan gambaran secara lebih detail tentang
media pembelajaran.
B. RUMUSAN MASALAH
- Apa itu Konsep?
- Apa itu Belajar?
- dan apa itu Pembelajaran?
- Memahami pengertian Konsep.
- Memahami Arti Belajar.
- Memahai arti pembelajaran
BAB
II
PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR BELAJAR
Untuk pertama yang akan
dibahas adalah pengertian konsep terlebih dahulu. Setelah beberapa kali mencari
bahan untuk mengartikan tentang pengertian konsep, akhirnya dapat disimpulkan
bahwa konsep itu:
1.
Konsep dapat didefinisikan sebagai suatu gagasan/ide yang relatif sempurna dan
bermakna,
2.
Konsep merupakan suatu pengertian tentang suatu objek,
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku
sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Santrock dan Yussen mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang
relative permanen karena adanya pengalaman. Sedangkan Reber mendefinisikan
belajar dalam dua pengertian, yaitu :
a)
Belajar merupakan proses memperoleh pengetahuan
b)
Belajar sebagai perubahan kemampuan bereaksi yang
relative langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.
Dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relative permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya.
Untuk yang selanjutnya akan dibahas mengenai pengertian belajar :
1. Behaviorisme, belajar adalah sebuah perubahan perilaku yang dapat diamati (observable) dan dapat diukur,
2.
Kognitivisme, dalam belajar proses berfikir bergantung pada suatu kemampuan
untuk mencipta, memperoleh dan mengubah gambaran internal tentang segala
sesuatu yang dialami di lingkungan. Dalam hal ini anak menjadi problem solver
dan pemroses informasi.
3.
Konstruktivisme, anak adalah pembangun aktif pengetahuannya sendiri. Pendekatan
ini menekankan keterlibatan anak dalam proses belajar. Proses belajar harus
menyenangkan dan mendukung anak untuk belajar.
4.
Progresivisme, belajar adalah perubahan dalam pola berpikir melalui pengalaman
memecahkan masalah. Ketika anak memecahkan masalah yang dihadapinya, ketika itu
pula terjadi perubahan pola berpikir mereka.
B. KONSEP PEMBELAJARAN
1. Konsep Belajar
Konsep belajar menurut guru sangat menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Belajar siswa yang ditafsirkan guru hanya sebagai menghafal atau mendengarkan keterangan guru saja merupakan problem yang harus diatasi. Hal ini karena jika guru menganggap bahwa belajar hanyalah menghafal atau hanya untuk mendengarkan keterangan guru maka selama itu pula pembelajaran masih terpusat pada guru dan tidak pada siswa yang seharusnya mengalami belajar. Untuk itulah guru harus mengubah pandangan tentang belajar dan mengetahui bagaimana sebenarnya belajar itu.
Belajar pada dasarnya
adalah sebuah proses yang dilakukan seseorang yang menghasilan perubahan pada
dirinya akibat dari interaksi dengan lingkungannya. Belajar adalah suatu
perbuatan yang kompleks yang mencakup beberapa segi. Dengan demikian dalam
praktik pengajaran diperlukan keputusan yang bijaksana dalam menerapkan teori
belajar karena tidak ada suatu teori yang sesuai untuk segala situasi.
2. Konsep Mengajar
Seperti halnya belajar,
mengajar merupakan proses yang kompleks karena banyak kegiatan yang harus
dilakukan agar hasil belajar siswa lebih baik. Oleh sebab itu rumusan
pengertian mengajar tidak dapat dirumuskan begitu saja secara sederhana yang
tidak meliputi seluruh kegiatan dan tindakan dalam perbuatan mengajar itu sendiri.
Setiap rumusan akan berimplikasi pada aktivitas yang terjadi dalam
pembelajaran. Misalnya, seorang guru/dosen yang berpandangan bahwa mengajar
sekedar menyampaikan pelajaran/materi, tentu pembelajaran yang dilakukan hanya
upaya menyampaikan bahan pengajaran kepada siswa secara sederhana. Guru
menyampaikan materi dan siswa menerima materi. Guru berlaku aktif mendominasi
aktivitas kelas, sebaliknya siswa banyak mendengar secara pasif. Padahal,
Pembelajaran adalah segala upaya untuk menciptakan kondisi dengan sengaja agar
tujuan pembelajaran dapat dipermudah (facilitated) yang dilakukan
oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada diri peserta didik.
Berdasarkan ilustrasi di atas, konsep mengajar yang relatif komprehensif harus dipahami oleh guru. Berikut beberapa pengertian yang representatif menggambarkan apa sebenarnya mengajar itu.
a) William H Burton memberi pengertian, mengajar adalah upaya dalam memberi perangsang, bimbingan, pengarahan dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar.
b)
Mohamad Ali mendefinisikan, mengajar adalah segala upaya yang disengaja dalam
rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai
dengan tujuan yang telah dirumuskan.
c)
Nana Sudjana menyatakan, mengajar pada hakikatnya suatu proses, proses
mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat
menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar. Pada tahap berikutnya
mengajar adalah proses memberikan bimbingan/ bantuan kepada siswa dalam
melakukan proses belajar.
Jika dicermati, pendapat yang dikemukakan para pakar tersebut menunjukkan bahwa mengajar bukan hanya kegiatan guru menuangkan materi kepada siswa dengan pola datang, duduk, diam, dan catat. Lebih dari itu, mengajar merupakan suatu proses yang melibatkan sejumlah kegiatan yang direncanakan dalam upaya menciptakan kondisi agar siswa mengalami perbuatan belajar secara aktif sehingga terjadi perubahan tingkah laku.
3. Prinsip Mengajar
Mengajar bukanlah pekerjaan atau tugas yang ringan bagi seorang guru. Agar hasil atau tujuan pembelajaran tercapai dengan baik, banyak hal yang harus dipertimbangkan dan dilakukan guru baik sebelum, sedang, dan selesai melakukan kegiatan mengajar. Agar tidak sekedar mengajar di depan kelas, guru perlu menerapkan prinsip-prinsip mengajar. Ada beberapa pendapat tentang prinsip mengajar secara efektif. Tanpa mengurangi makna secara komprehensif, berikut adalah prinsip mengajar yang dapat dipedomani pengajar agar dapat mengajar dengan efektif.
a) Perhatian. Pengajar harus dapat membangkitkan perhatian peserta belajar kepada topik dan pengalaman belajar yang sedang dipelajari.
b)
Aktivitas. Pengajar harus melibatkan peserta belajar berpartisipasi aktif
dalam proses belajar mengajar.
c)
Appersepsi. Pengajar perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan
dengan pengetahuan yang telah dimiliki peserta belajar.
d)
Peragaan. Pengajar hendaknya berusaha menggunakan media untuk
menunjukkan benda atau hal-hal yang sesuai dengan materi yang sedang diajarkan
dalam kelas.
e)
Repetisi. Mengingat ingatan itu tidak setia (terbatas), guru perlu
mengulang penjelasannya jika diperlukan.
f)
Korelasi. Pengajar hendaknya selalu menghubungkan materi yang diajarkan
dengan pelajaran lain sehingga cakrawala peserta belajar bertambah luas.
g)
Sosialisasi. Pengajar hendaknya dapat menciptakan kondisi kelas
yang kondusif yang mengakibatkan terjadinya proses sosial.
h)
Individualisasi. Manusia adalah makhluk yang unik, masing-masing
memiliki perbedaan kemampuan belajar. Oleh sebab itu pengajar harus bisa
menghargai setiap perbedaan dan melayani secara optimal.
i)
Sequence. Pengajar harus memikirkan efektivitas dari serangkaian
pelajaran yang disusun secara tepat menurut waktunya (sesuai dengan urutan atau
tahapan).
j)
Evaluasi. Pengajar harus mengadakan evaluasi untuk mengetahui hasil
belajar peserta belajar dan efektifitas mengajarnya.
4. Syarat Mengajar Efektif
Jika disepakati bahwa mengajar adalah proses menciptakan kondisi agar siswa/mahasiswa mengalami proses belajar, maka guru/dosen harus mampu mengajar secara efektif. Hal itu berarti mengajar secara efektif adalah mengajar yang dapat membawa belajar siswa/mahasiswa yang efektif.
Untuk melaksanakan mengajar yang efektif diperlukan syarat-syarat sebagai berikut:
a) Guru harus menguasai materi/bahan pengajaran.
b)
Guru harus cinta kepada apa yang diajarkan.
c)
Guru harus mampu menciptakan kondisi agar siswa bisa belajar dan mengalami
aktivitas mental dan fisik.
d)
Guru harus mampu menggunakan metode yang bervariasi saat mengajar.
e)
Guru harus mampu merencanakan, membuat, dan menggunakan media pengajaran secara
tepat.
f)
Guru hendaknya memotivasi siswa sesuai sasaran dalam belajar.
g)
Guru harus mampu dan mau membuat perencanaan sebelum mengajar dan
mengimplementasikan dalam kelas.
h)
Guru harus mampu memberikan masalah yang merangsang berpikir siswa.
i)
Guru harus menyadari bahwa dirinya tidak mungkin menguasai dan mendalami semua
bahan pengajaran.
j)
Guru harus mampu mengadakan evaluasi secara tepat sesuai dengan tujuan.
5. Proses Belajar Mengajar
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UU No. 20 tahun 2003 tentang sisdiknas). Proses belajar mengajar merupakan implementasi dari serangkaian perencanaan yang telah dilakukan oleh guru dalam bentuk proses interaksi dengan siswa di dalam maupun di luar kelas untuk mencapai tujuan. Dalam kondisi ini terdapat serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik dan terpadu yang berlangsung dalam situasi edukatif. Artinya, dalam proses belajar mengajar ini tidak sekedar guru menyampaikan pesan berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai serta keterampilan pada diri siswa yang sedang belajar.
Proses belajar mengajar
dapat dikatakan sebagai proses “pengaturan” lingkungan dan sumber daya
yang ada agar terjadi kegiatan belajar (perubahan tingkah laku) pada siswa.
Proses belajar mengajar merupakan suatu sistem, dibangun oleh
komponen-komponen yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan. Ini berarti,
proses belajar mengajar bisa berlangsung secara optimal jika seluruh
komponennya melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Komponen proses belajar
mengajar tersebut adalah tujuan, manusia, bahan, kegiatan belajar mengajar,
metode, alat, sumber pelajaran, evaluasi. Menurut T. Raka Joni,
komponen-komponen tersebut adalah tujuan, siswa, isi dan struktur bahan
pengajaran, pengajar, ekonomi dan administrasi.
6. Peran Guru
Proses pendidikan tampak pada pelaksanaan proses belajar mengajar. Dalam pelaksanaan tersebut guru merupakan ujung tombak pelaksana di lapangan. Hal ini berarti guru memiliki peranan yang penting dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan. Peran guru dalam proses belajar mengajar adalah:
a)
Guru sebagai pendidik. Guru harus menanamkan norma-norma dan nilai kepada anak
didiknya.
b)
Guru sebagai pengajar. Guru harus mengorganisasikan dan mengelola semua
komponen dan kompetensi belajar mengajar.
c)
Guru sebagai pembimbing. Guru harus memberikan bimbingan (akademik, sosial,
individu, pekerjaan, waktu senggang) kepada siswa.
d)
Guru sebagai demonstrator. Guru hendaknya senantiasa menguasai bahan yang
diajarkan dan mampu memperagakan apa yang diajarkan secara didaktis.
e)
Guru sebagai pelatih. Guru harus mampu mengembangkan keterampilan-keterampilan
pada diri siswa.
f)
Guru sebagai administrator. Guru hendaknya “mengadministrasikan” secara baik
komponen yang ada di kelas (mengetahui dan membuat program pengajaran,
mengelola kelas, dan sebagainya)
g)
Guru sebagai mediator. Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan,
pemahaman, dan keterampilan yang cukup tentang media pendidikan serta menjadi
perantara dalam hubungan antar manusia.
h)
Guru sebagai fasilitator. Guru hendaknya memberikan fasilitas yang maksimal
agar tujuan pengajaran tercapai.
i)
Guru sebagai evaluator. Guru harus mampu menguasai dan terampil melaksanakan
kegiatan evaluasi pendidikan.
7. Proses Belajar Mengajar sebagai Proses Komunikasi
Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah sebuah komunikasi yang dibangun dan dilakukan oleh guru sebagai komunikator dengan siswa sebagai komunikan. Komunikasi ini merupakan kegiatan manusia, sesuai dengan nalurinya yang selalu ingin berhubungan satu sama lain, saling interaksi dan saling membutuhkan. Keinginan untuk berhubungan di antara sesamanya sesungguhnya merupakan naluri manusia yang ingin hidup berkelompok atau bermasyarakat. Dengan adanya naluri tersebut komunikasi dapat dikatakan merupakan bagian hakikat dari kehidupannya yang senantiasa hidup bermasyarakat. Dengan kata lain, manusia akan kehilangan hakikatnya sebagai manusia bila ia tidak melakukan kegiatan komunikasi dengan sesamanya.
Komunikasi juga dipandang sebagai suatu proses pengoperan dan penerimaan lambang-lambang yang mengandung makna. Wilbur Schramm menjabarkan pengertian komunikasi dalam tiga komponen utama, yaitu encoder, sign/signal, dan decoder. Encoder (pembuat sandi) adalah komunikator yang mempunyai informasi tertentu dan benar serta mampu mengirimkan informasi tersebut secara tepat pada kecepatan yang optimal. Sign/signal adalah pesan, berita, atau pernyataan tertentu yang ditujukan kepada dan diterima oleh seseorang atau kelompok. Decoder (pemecah sandi) adalah komunikan yang menerima pesan dan mampu memahami pesan yang diterimanya.
Lebih lanjut, Claude
Shannon membuat model komunikasi yang menunjukkan peristiwa komunikasi secara
lebih rinci. Shannon melengkapai proses komunikasi dengan adanya gangguan yang
terjadi saat berkomunikasi. Gangguan ini juga akan berimplikasi pada hasil
sebuah komunikasi.
Berdasarkan pemahaman
komponen utama komunikasi tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan,
gagasan, fakta, konsep, dan data dari sumber pesan melalui media/saluran yang
sengaja dirancang sehingga dapat diterima oleh penerima pesan atau komunikan.
Dalam konteks proses belajar mengajar, pesan yang disampaikan adalah isi
pelajaran atau didikan yang ada dalam kurikulum. Sumber pesan bisa berupa guru,
siswa, orang lain atau penulis buku dan produser media. Salurannya adalah media
pembelajaran dan penerima pesannya adalah siswa atau guru.
Keberhasilan komunikasi dalam proses belajar mengajar akan mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran. Semakin lancar (berhasil) komunikasi dalam proses belajar mengajar semakin mudah pencapaian tujuan. Sebaliknya, semakin tidak lancar (gagal) komunikasi dalam proses belajar mengajar semakin sulit pencapaian tujuan. Ini berarti guru/dosen harus dapat meminimalkan gangguan komunikasi yang selalu terjadi dalam setiap kesempatan berkomunikasi dengan taraf yang tidak sama. Gangguan tersebut dapat dirinci menjadi hambatan psikologis, fisik, kultural, geografis, dan lingkungan.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari makalah yang telah kami sampaikan di atas, dapat di tarik kesimpulan bahwa mengajar adalah proses menciptakan kondisi agar siswa/mahasiswa mengalami proses belajar, maka guru/dosen harus mampu mengajar secara efektif. Hal itu berarti mengajar secara efektif adalah mengajar yang dapat membawa belajar siswa/mahasiswa yang efektif, dan dapat menghasilkan perubahan tingkah laku setelah proses pembelajaran tersebut. Dan proses pembelajaran merupakan tahapan-tahapan yang dilalui dalam mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik seseorang, dalam hal ini adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa atau peserta didik. Salah satu peran yang dimiliki oleh seorang guru untuk melalui tahap-tahap ini adalah sebagai fasilitator. Untuk menjadi fasilitator yang baik guru harus berupaya dengan optimal mempersiapkan rancangan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak didik, demi mencapai tujuan pembelajaran. Untuk mampu melakukan proses pembelajaran ini guru harus mampu menyiapkan proses pembelajarannya. Proses pembelajaran yang akan disiapkan oleh seorang guru hendaknya terlebih dahulu harus memperhatikan teori-teori yang melandasinya, dan bagaimana implikasinya dalam proses pembelajaran.
DAFTAR
PUSTAKA
Sadiman. Arief S., M.Sc ,Seri Pustaka Teknologi Pendidikan Nomor. 6 Media Pendidikan “Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya”, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta,2007.
Alma,
Buchari. Guru Profesional. Bandung: Alfabeta. 2009.
Sudarwanto.
profesionalisme Guru. Artikel: Yogyakarta. 2005.
Djamarah, Syaiful Bahri , Psikologi Belajar;
Rineka Cipta; 1999
Mulyati, Andi Psikologi Belajar, : Jakarta.. 2008
Berikan Komentar
<i>KODE</i>
<em>KODE YANG LEBIH PANJANG</em>
Notify me
untuk mendapatkan notifikasi balasan komentar melalui Email.