MAKALAH
ILMU KALAM
“POKOK-POKOK KEIMANAN DALAM AL-QUR'AN”
DI SUSUN OLEH :
- AMIRUDDIN (122111508)
- NENENG FAUZIYAH (122111514)
- ISKHAQUL HUDA (122111517)
- ROHAETI (122111524)
- DEVI WAHYUDIN (122111537)
- HIDAYATUL MUSTAFID (122111545)
FAKULTAS
TARBIYAH DAN KEGURUAN
IAIN
“SULTAN MAULANA HASANUDDIN”
SERANG
- BANTEN
2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah
SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar, sehingga kami dapat
menyelesaikan “makalah” Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan yang berjudul
“Pokok – pokok Keimanan dalam Al-Qur’an “ ini dapat diselesaikan ini tepat pada
waktu yang telah ditentukan.
Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan
kepada Rasulullah SAW yang mana telah membawa kita semua dari Jaman jahiliyah
menuju jaman yang terang benderang ini.
Kami mengucapkan terimakasih kepada seluruh
pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih
terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kepada para pembaca kami mengharapkan
saran dan kritik demi kesempurnaan makalah yang kami buat selanjutnya. Semoga
makalah ini benar-benar bermanfaat bagi para pembaca dan khususnya kami.
Kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua yang membacanya dan dapat sedikit mewujudkan
pengetahuan didalam lembaran ini
|
Serang,
19 Mei 2013
Penyusun
|
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
…………………………………………………………. 1
B.
Rumusan
Masalah ……………………………………………………… 1
C.
Tujuan Masalah
………………………………………………………… 1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Iman ………………………………………………….……… 2
B.
Tujuan Iman
…………………………………………………………….. 2
C.
Macam – macam
Iman ………………………………………………….. 3
D.
Pokok – pokok
Keimanan dalam Al-Qur’an ………………………..…… 3
BAB III PENUTUP
I.
Kesimpulan
……………………………………………………...…....... 6
II.
Penutup
…………………………………………………………………. 6
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….........…… 7
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dewasa ini
banyak sekali orang yang merasa diri-nya beriman, mereka juga hafal benar arti
dari kata iman. Namun, sesungguhnya mereka belum mengerti apa makna dari iman
itu, serta tingkah laku dan perbuatan mereka tidak mencerminkan diri-nya
beriman.
Kami mengambil
materi pembahasan “ Pokok – pokok Keimanan dalam Al – Qur’aan “, selain sebagai
tugas mata kuliah “ Ilmu Kalam “ adalah untuk meluruskan dan memperbaiki konsep
iman yang belum sempurna.
B.
Rumusan Masalah
- Pengertian Iman
- Tujuan Keimanan
- Macam – macam Iman
- Pokok – pokok Keimanan dalam Al-Qur’an
C.
Tujuan Masalah
- Menjelaskan Pengertian Iman
- Menjelaskan Tujuan Keimanan
- Menjelaskan Macam – maacam Iman
- Menjelaskan pokok – pokok Keimanan dalam Al-Qur’an
BAB II
PEMBAHASAN
POKOK-POKOK KEIMANAN DALAM AL-QUR’AN
A.
Pengertian Iman
Iman secara
etimologis berasal dari kata amana - yu’minu berarti tasdiq yaitu membenarkan
mempercayai. Dan menurut istilah Iman ialah “Membenarkan dgn hati diucapkan
dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan.”
Imam Ahmad bin
Hanbal mendefinisikannya dengan “Qaulun wa amalun wa niyyatun wa tamassukun bis
Sunnah.” Yakni Ucapan diiringi dengan ketulusan niat dan dilandasi dengan
berpegang teguh kepada Sunnah .
Sahl bin
Abdullah At-Tustari ketika ditanya tentang apakah sebenarnya iman itu beliau
menjawab demikian “Qaulun wa amalun wa niyyatun wa sunnatun.” Artinya Ucapan yg
disertai dengan perbuatan diiringi dengan ketulusan niat dan dilandasi dengan
Sunnah. Kata beliau selanjutnya “Sebab iman itu apabila hanya ucapan tanpa
disertai perbuatan adalah kufur apabila hanya ucapan dan perbuatan tanpa
diiringi ketulusan niat adalah nifaq sedang apabila hanya ucapan perbuatan dan
ketulusan niat tanpa dilandasi dengan sunnah adalah bid’ah.
Dengan demikian
iman itu bukan sekedar pengertian dan keyakinan dalam hati; bukan sekedar ikrar
dengan lisan dan bukan sekedar amal perbuatan saja tapi hati dan jiwa kosong.
Imam Hasan Basri mengatakan “Iman itu bukanlah sekedar angan-angan dan bukan
pula sekedar basa-basi dengan ucapan akan tetapi sesuatu keyakinan yang terpatri
dalam hati dan dibuktikan dengan amal perbuatan.
B.
Tujuan Iman
Tujuan Keimanan
adalah penghambaan diri pada Allah SWT semata antar manusia dan Penciptanya,
bukan penghambaan pada manusia lain atau golongan lain.
C.
Macam-macam Iman
Perlu
dimengerti, bahwa iman seseorang kepada Allah ada tiga macam , yaitu : Iman Taqlidi, Iman Tahqiqi, Iman Istidlal.
- Iman Taqlidi adalah mempercayai keesaan Allah SWT. Dengan cara taqlidi (mengikuti) keterangan ulam tanpa mengerti dalil atau pembuktian. Iman seperti ini rawan berubah akibat ulah orang-orang yang berusaha merusaknya.
- Iman Tahqiqi adalah kemantapan hati pada keesaan Allah SWT. Yang jika ditentag atau diusik oleh siapapun, maka tak berubah sedikitpun.
- Iman Istidlali adalah iman yang disertai bukti dari makhluk yang ada didunia ini membuktikan adanya yang menciptakan suatu bangunan menunjukan adanya yang membangun, kotoran unta menunjukan akan adanya unta, karena keberadaan sesuatu (akibat) tanpa sebab adanya sebab adanya pencipta adalah suatu yang tidak masuk akal (muhal).
D.
Pokok – pokok Keimanan dalam Al-Qur’an
Syarat untuk
menjadi orang yang beriman adalah harus mendapat izin dari Allah Swt dan mau
menggunakan akalnya untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Itulah syarat utama
dalam proses keimanan yang dinyatakan Allah Swt di Surat Yunus.
“Dan tidak ada
seorang pun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan
kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.” (QS Yunus : 100)
Adapun cara
atau methode yang dipakai sudah dicontohkan dalam Al-Qur’an. Sebagaimana proses
keimanan yang telah dialami para nabi yang mengadakan perjanjian (Misaq) di
hadapan Allah Swt. Mereka itu mengadakan perjanjian yang teguh (Misaq) untuk
menjalankan segala perintah Allah dan meninggalkan laranganNya.
“Dan (ingatlah)
ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri) dari
Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka
perjanjian yang teguh.” (QS Al-Ahzab : 7)
Keimanan sering
disalah pahami dengan 'percaya',
keimanan dalam Islam diawali dengan usaha-usaha memahami kejadian dan kondisi
alam sehingga timbul dari sana pengetahuan akan adanya yang mengatur alam
semesta ini, dari pengetahuan tersebut kemudian akal akan berusaha memahami esensi
dari pengetahuan yang didapatkan. Keimanan dalam ajaran Islam tidak sama dengan
dogma atau persangkaan tapi harus melalui ilmu dan pemahaman.
Implementasi
dari sebuah keimanan seseorang adalah ia mampu berakhlak terpuji. Allah sangat
menyukai hambanya yang mempunyai akhlak terpuji. Akhlak terpuji dalam islam
disebut sebagai akhlak mahmudah. Beberapa contoh akhlak terpuji antara lain
adalah bersikap jujur, bertanggung jawab, amanah, baik hati, tawadhu, istiqomah
dll. Sebagai umat islam kita mempunyai suri tauladan yang perlu untuk dicontoh
atau diikuti yaitu nabi Muhammad SAW. Ia adalah sebaik-baik manusia yang
berakhlak sempurna. Ketika Aisyah ditanya bagaimana akhlak rosul, maka ia
menjawab bahwa akhlak rosul adalah Al-quran. Artinya rosul merupakan manusia
yang menggambarkan akhlak seperti yang tertera di dalam Al-quran :
Dan kebanyakan
mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu
tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang mereka kerjakan. (QS. Yunus : 36)
Adapun sikap
'percaya' didapatkan setelah memahami apa yang disampaikan oleh mu'min mubaligh
serta visi konsep kehidupan yang dibawakan. Percaya dalam Qur'an selalu dalam
konteks sesuatu yang ghaib, atau yang belum terrealisasi, ini artinya sifat
orang yang beriman dalam tingkat paling rendah adalah mempercayai perjuangan
para pembawa risalah dalam merealisasikan kondisi ideal bagi umat manusia yang
dalam Qur'an disebut dengan 'surga', serta meninggalkan kondisi buruk yang dimisalkan
dengan 'neraka'. Dalam tingkat selanjutnya orang yang beriman ikut serta dalam
misi penegakkan agama Islam.
Tahap-tahap
keimanan dalam Islam adalah:
- Dibenarkan di dalam qalbu (keyakinan mendalam akan Kebenaran yang disampaikan)
- Diikrarkan dengan lisan (menyebarkan Kebenaran)
- Diamalkan (merealisasikan iman dengan mengikuti contoh Rasul)
Tingkatan
Keyakinan akan Kebenaran (Yaqin) adalah:
- Ilmul Yaqin (yaqin setelah menyelidikinya berdasarkan ilmu) Contoh : seperti keyakinan orang amerika yang masuk islam setelah membuktikan AL QUR'AN dengan ILMU PENGETAHUAN.
- 'Ainul Yaqin (yaqin setelah melihat kebenarannya hasilnya baik berupa mu'zizat , karomah dll ) Contoh : keyakinan Bani israil yaqin setelah melihat mu'zizat dari nabinya.
- Haqqul Yaqin (yaqin yang sebenar-benarnya meskipun belum dibuktikan dengan ilmu dan belum melihat kebenarannya) Contoh : yakinnya para sahabat RA kepada nabi MUHAMMAD.SAW pada peristiwa ISRA' MIRAJ meskipun tidak masuk akal(berdasarkan ilmu) dan tidak seorang sahabat pun melihat kejadian itu , namun mereka tetap meyakini peristiwa itu.
BAB III
PENUTUP
I.
Kesimpulan
Iman secara
etimologis berasal dari kata aamana - yu’minu berarti tasdiq yaitu membenarkan
mempercayai. Dan menurut istilah Iman ialah “Membenarkan dgn hati diucapkan dgn
lisan dan dibuktikan dgn amal perbuatan.”
Imam Ahmad bin
Hanbal mendefinisikannya dgn “Qaulun wa amalun wa niyyatun wa tamassukun bis
Sunnah.” Yakni Ucapan diiringi dgn ketulusan niat dan dilandasi dgn berpegang
teguh kepada Sunnah .
Sahl bin
Abdullah At-Tustari ketika ditanya tentang apakah sebenarnya iman itu beliau
menjawab demikian “Qaulun wa amalun wa niyyatun wa sunnatun.” Artinya Ucapan yg
disertai dgn perbuatan diiringi dgn ketulusan niat dan dilandasi dengan Sunnah.
Kata beliau selanjutnya “Sebab iman itu apabila hanya ucapan tanpa disertai
perbuatan adalah kufur apabila hanya ucapan dan perbuatan tanpa diiringi
ketulusan niat adalah nifaq sedang apabila hanya ucapan perbuatan dan ketulusan
niat tanpa dilandasi dengan sunnah adalah bid’ah.
Dengan demikian
iman itu bukan sekedar pengertian dan keyakinan dalam hati; bukan sekedar ikrar
dgn lisan dan bukan sekedar amal perbuatan saja tapi hati dan jiwa kosong. Imam
Hasan Basri mengatakan “Iman itu bukanlah sekedar angan-angan dan bukan pula
sekedar basa-basi dengan ucapan akan tetapi sesuatu keyakinan yang terpatri
dalam hati dan dibuktikan dengan amal perbuatan.
II.
Penutup
Demikian
makalah yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan, karna
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubunannya dengan judul makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Afidudin, Didin. 2005. Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan
Tinggi. Syaamil. Bandung
Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemah
Azra, Azyumardi. 2008. Kajian Tematik Al-Qur’an tentang
Ketuhanan. Angkasa. Bandung.
Bashori, Agus Hasan, 1998. Kitab
Tauhid, Yogyakarta.
Berikan Komentar
<i>KODE</i>
<em>KODE YANG LEBIH PANJANG</em>
Notify me
untuk mendapatkan notifikasi balasan komentar melalui Email.