Pertama kali memegang smartphone ini membuat saya jadi teringat pada dua smartphone yang sebelumnya pernah saya coba, yaitu Oneplus X dan ZTE Blade S7. Hanya saja feels ketika memegang Zuk Z2 ini sedikit lebih nyaman dibandingkan ZTE Blade S7 yang mempunyai sudut tajam di sisi-sisinya, tetapi masih kalah nyaman dibandingkan Oneplus X. Yang sama dari desain ketiganya yaitu balutan kaca yang menutupi bagian depan dan belakangnya. Bahan kaca ini tentu membuatnya tampil menawan namun sedikit licin ketika dipegang. Meskipun rawan terjatuh, jangan khawatir, pihak ZUK mengklaim kaca ZUK Z2 ini sudah memiliki perlindungan Corning Gorilla Glass 4. Gorilla Glass 4-nya seharusnya juga membuatnya aman dari goresan benda-benda yang biasa ada di saku kita seperti kunci atau uang logam. Selain itu ZUK Z2 ini tampil sederhana dengan balutan warna hitam di seluruh bodinya, hanya logo ZUK saja yang sedikit stand out dengan balutan warna silver untuk menunjukkan identitasnya. Dan entah kenapa saya selalu suka dengan garis desain seperti ini, seperti saya menyukai desain Nexus 5X yang juga tampil kalem dengan balutan warna hitamnya.
Tetapi siapa sangka, dibalik kesederhanaannya itu tersembunyi sebuah potensi yang cukup besar. Tidak tanggung-tanggung, meski hanya dibanderol sekitar $185 - $200, Zuk Z2 diotaki oleh processor "flagship" tahun 2016, yaitu Qualcomm Snapdragon 820. Smartphone termurah dengan processor Snapdragon 820 yang saya temui di pasaran dibandingkan dengan smartphone lain dengan spesifikasi yang setara.
Potensi selanjutnya dari Zuk Z2 ini bernama U-Touch. Tombol home pintar yang tersemat di bagian bawah depan smartphone ini yang memiliki berbagai fungsi. Selain berfungsi sebagai fingerprint scanner, tombol home dan back seperti mTouchnya Meizu, tombol tersebut memiliki fungsi yang lain, seperti “slide left or right” untuk berpindah aplikasi yang ada pada histori aplikasi. Selanjutnya ada "press home twice”, “long press home”, dan “long touch home” yang fungsinya dapat dikustomisasi sesuai kehendak kita seperti untuk menampilkan histori aplikasi, mematikan layar, membuka bilah notifikasi, bahkan untuk membuka salah satu aplikasi yang kita inginkan.
Selanjutnya masuk ke User Interface, Zuk Z2 ini membawa UI besutan Zuk sendiri bernama ZUI, tidak seperti kakaknya Zuk Z1 yang menggandeng CyanogenMod. ZUI ini menurut saya adalah UI yang simple dan intuitif. Sebagaimana UI-UI smartphone besutan Tiongkok, ZUI tampil tanpa App Drawer. Semua shortcut aplikasi ditampilkan di homescreen. Kemudian ketika kita melakukan swipe ke bawah pada status bar, yang muncul hanyalah bilah notifikasi saja, sedangkan untuk menampilkan toggles quick setting seperti untuk menghidupkan wifi, bluetooth, dll, dilakukan dengan melakukan swipe ke atas dari bawah layar. ZUI juga membawa aplikasi bernama U-Health yang bisa kita akses di bagian paling kiri homescreen. Aplikasi ini dapat menghitung jumlah langkah kita, bahkan bisa untuk menghitung detak jantung kita. Meskipun hasil penghitungannya mungkin tidak seakurat wearable devices seperti smartwatch atau smartband karena untuk menghitung detak jantung hanya menggunakan kamera, bukan sensor sensor detak jantung.
Namun, ada satu catatan penting yang perlu diperhatikan bagi pengguna awam yang ingin meminang smartphone ini. Hal tersebut adalah Zuk Z2 datang dengan ROM abal-abal, kecuali jika kita membeli dari website Zuknya langsung. Dan ROM abal-abal ini kabarnya ditungganggi malware yang cukup berbahaya, sehingga setelah menerima Zuk Z2 ini sebaiknya langsung di-flash menggunakan ROM aslinya. Tutorial flashing-nya bisa dilihat di forum zukfans.eu atau klik link ini.
Spesifikasi lain dari smartphone ini adalah ZUK Z2 membawa layar seluas 5 inch dengan resolusi Full HD 1920x1080. Warnanya yang dihasilkan oleh layarnya cenderung natural, tetapi kita bisa mengubahnya di pengaturan jika dirasa tone warna yang dihasilkan tidak sesuai selera. Kemudian Zuk Z2 ini juga mendukung semua jaringan di Indonesia, bahkan terdapat dukungan CDMA. Selain itu, seperti pada Asus Zenfone 3, ketika salah satu Sim Card beroperasi pada jaringan 4G, satu Sim Card lainnya dapat beroperasi pada jaringan 3G, tidak hanya 2G saja. Apa keuntungannya? temen-temen bisa dibaca di blog om Herry SW di Ponselmu.com
Selanjutnya, dengan spesifikasi kelas flagship, yaitu processor Snapdragon 820, GPU Adreno 530, RAM 4GB dan ROM 64GB, performa Zuk Z2 sudah tidak diragukan lagi. Buka tutup aplikasi, berpindah antar aplikasi, multitasking. Semua dilakukan tanpa ada gangguan yang berarti, smooth bianget. Untuk bermain game mulai dari game ringan sampai game berat sekalipun, semuaya dibabat habis. Hanya saja, setelah digunakan untuk bermain game beberapa menit atau jika ada penggunaan data yang cukup intens, bagian belakang Zuk Z2 ini akan terasa hangat, meskipun masih dalam batas wajar.
Lanjut ke sensor, sensor yang disematkan ke dalam ZUK Z2 ini bisa dibilang cukup lengkap, hanya minus temperature dan pressure sensor. Untuk sensor sidik jarinya sendiri bisa dibilang lumayan cepat dan akurat. Ohya, sensor sidik jari ZUK Z2 ini always on, jadi tinggal ditowel saja sudah aktif. Tidak perlu menekan tombolnya terlebih dahulu untuk menghidupkan layar seperti kebanyakan smartphone dengan sensor sidik jari di depan.
Masuk ke sektor baterai, baterai 3500mAh yang dibawanya memiliki daya tahan yang baik. Dengan pemakaian ala saya yang cukup intens membuka media sosial, browsing, dan nonton video di youtube, baterai Zuk Z2 bisa bertahan lebih dari 24 jam dengan screen on time sekitar 4-5 jam. Pengisian baterainya juga tergolong cepat, dari 10% ke 100% hanya membutuhkan waktu kurang lebih 1,5 jam.
Terakhir adalah kamera, Zuk Z2 dibekali kamera belakang 13MP. Hasil dari kameranya sudah cukup bagus untuk kondisi pencahayaan yang melimpah. Tapi semuanya berubah ketika cahaya mulai berkurang, di kondisi lowlights kita akan menemukan banyak sekali noise yang muncul di hasil foto. Hal ini mungkin dikarenakan boost ISO yang sepertinya terlalu tinggi untuk mendapatkan hasil gambar yang terang pada kondisi kekurangan cahaya. Ketiadaan mode manual juga membuat satu-satunya cara untuk mengurangi sedikit noise yang muncul adalah dengan mengaktifkan mode HDR. Untuk kamera depannya sudah cukuplah untuk sekedar selfie dan share ke media sosial. Selanjutnya, Zuk mengklaim bahwa kamera ZUK Z2 mampu merekam video slowmotion 920fps, namun sepertinya hal tersebut hanya gimmick saja, karena hasil videonya menurut saya masih jauh dari harapan. Semoga ke depan ada update software dari pihak ZUK untuk memperbaiki performa kamera. Untuk hasil kamera dan video temen-temen bisa melihat video reviewnya yang saya upload di channel youtube saya.
Berikut ini adalah rangkuman plus dan minus dari ZUK Z2 ini.
Kelebihan :
1. Harga yang paling murah dibandingkan para pesaingnya yang memiliki spesifikasi yang setara.
2. Spesifikasi kelas flagship membuat performa multitasking dan gamingnya sangat mumpuni.
3. Fitur U-Touch yang memiliki fungsi beragam.
4. Sensor fingerprint yang tinggal disentuh saja, tidak perlu menekannya terlebih dahulu.
5. Daya tahan baterai yang cukup baik.
6. Sim kedua bisa menggunakan jaringan 3G meskipun tidak dijadikan sebagai sim utama.
Kelemahan :
1. Datang dengan ROM abal-abal sehingga harus mengerti dan paham tentang flashing.
2. Performa kamera yang biasa saja untuk ukuran spesifikasi flagship, sangat lemah di lowlight dan klaim slowmotion 960fps nya hanya gimmick.
3. Bahan kacanya yang licin dan mudah meninggalkan bekas sidik jari,
4. Body perangkat yang lumayan tebal.
5. Belum tersedia ROM global untuk ZUI.
Kelebihan :
1. Harga yang paling murah dibandingkan para pesaingnya yang memiliki spesifikasi yang setara.
2. Spesifikasi kelas flagship membuat performa multitasking dan gamingnya sangat mumpuni.
3. Fitur U-Touch yang memiliki fungsi beragam.
4. Sensor fingerprint yang tinggal disentuh saja, tidak perlu menekannya terlebih dahulu.
5. Daya tahan baterai yang cukup baik.
6. Sim kedua bisa menggunakan jaringan 3G meskipun tidak dijadikan sebagai sim utama.
Kelemahan :
1. Datang dengan ROM abal-abal sehingga harus mengerti dan paham tentang flashing.
2. Performa kamera yang biasa saja untuk ukuran spesifikasi flagship, sangat lemah di lowlight dan klaim slowmotion 960fps nya hanya gimmick.
3. Bahan kacanya yang licin dan mudah meninggalkan bekas sidik jari,
4. Body perangkat yang lumayan tebal.
5. Belum tersedia ROM global untuk ZUI.
Kesimpulan :
Dengan hadirnya ROM abal-abal, hal ini membuat Zuk Z2 tidak cocok bagi temen-temen yang ingin membeli smartphone yang tinggal pakai. Kemudian yang kedua, apakah temen-temen sangat mementingkan performa kamera? Jika iya, maka Zuk Z2 sepertinya bukan pilihan yang tepat, karena performa kamera Zuk Z2 biasa saja, bahkan cenderung sangat lemah pada kondisi lowlight. Tapi selain dua faktor tersebut, saya rasa Zuk Z2 sangat layak untuk dimiliki. Apalagi bagi temen-temen yang menginginkan smartphone dengan performa multitasking dan gaming yang sangat mumpuni dengan harga yang murah. Nilai yang diberikan Zuk Z2 menurut saya sudah melebihi dari apa yang kita bayarkan. Kalo kata orang Kulon Progo, worth every penny lah pokoke. Dan saya rasa Zuk Z2 ini masih bisa bertahan hingga 1-2 tahun ke depan seperti smartphone dengan processor Snapdragon 801 yang masih cukup mumpuni sampai saat ini. Tapi ini perasaan saya saja loh ya, bisa saja salah.
Berikan Komentar
<i>KODE</i>
<em>KODE YANG LEBIH PANJANG</em>
Notify me
untuk mendapatkan notifikasi balasan komentar melalui Email.